KEUNGGULAN program ketahanan pangan pada masa kepemimpinan Presiden
Soeharto diakui oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono (2004-2009)
dengan banyak mengadopsi program-program semasa Orde Baru. Anton
mengaku, merasa berutang budi kepada Pak Harto karena tugas-tugasnya
sebagai Menteri Pertanian saat itu hanya menyatukan kembali puing-puing
yang berserakan yang telah dibangun Pak Harto. “Beliau telah meletakkan
dasar-dasar pembangunan pertanian yang benar. Banyak program beliau yang
bagus dan saya lanjutkan,” ujar Anton.
Menurut Anton, setelah era
Pak Harto, hampir tidak ada pembangunan waduk-waduk besar. Pak Harto
juga membangun infrastruktur perbenihan, pengamatan, dan pengendalian
hama. Banyak peninggalan Presiden Kedua Indonesia itu yang sangat
bermanfaat bagi pembangunan pertanian selanjutnya. “Saya kagum terhadap
beliau yang sangat paham masalah pertanian sehingga saya tidak ragu
menyebut beliau Bapak Pembangunan Pertanian Indonesia.” Menguatkan pendapat Anton,
Menteri Pertanian Prof Bungaran Saragih (2001-2004) mengatakan Pak Harto
menempatkan upaya memenuhi kebutuhan pangan pokok tanpa harus impor,
sebagai fokus pembangunan di masa pemerintahannya. “Waktu itu, ada tekad
yang kuat dari pemerintah untuk berswasembada beras.”
Pada masa Pak Harto, selain
tekad yang kuat juga dikembangkan kebijakan dan penerapan program yang
tepat dan konsisten. “Pak Harto membangun dan mengembangkan organisasi
atau institusi yang akan menjalankan program-program tersebut.” Selanjutnya, setelah
memiliki tekad, kebijakan, program, dan organisisasi pelaksana dari
pusat hingga ke daerah, Pak Harto menyediakan sumber daya manusia, yang
relatif lebih pintar dengan menghasilkan sarjana-sarjana pertanian yang
akan diterjunkan melaksanakan dan mendukung program tersebut, baik di
lapangan maupun di lembaga-lembaga penelitian dan kampus. Pak Harto juga
menyediakan sumber dana yang besar untuk menyukseskan program menuju
swasembada pangan.
Pak Harto juga sukses
memobilisasi masyarakat, terutama petani untuk bersama-sama meningkatkan
produksi pertanian. “Kita beruntung saat itu mendapatkan benih unggul
melalui program revolusi hijau saat itu. Pak Harto menangkap revolusi
hijau dengan tekad, dirumuskan dan dituangkan dalam kebijakan dan
program, dicetak melalui institusi, kemudian disediakan SDM dan dana
serta mobilisasi masyarakat petani.”
Wakil Presiden M Jusuf
Kalla (2004-2009) juga menilai Presiden Soeharto berjasa besar di bidang
pembangunan ekonomi dan pertanian karena mampu menurunkan tingkat
inflasi dari 650 persen menjadi 12 persen dalam beberapa tahun pertama
kepemimpinannya. Selain itu, Pak Harto juga punya andil besar dalam
pembangunan irigasi pertanian yang tersebar di seluruh wilayah
Nusantara. Bahkan sampai saat ini, kata Kalla, belum ada presiden yang
mampu menandinginya.
“Itulah sumbangan terbesar
dalam pembangunan ekonomi, selain membuat Indonesia ini dapat
berswasembada pangan karena belum ada presiden yang dapat membangun
saluran irigasi pertanian sebesar yang dibangun Pak Harto,” kata Kalla.
Program Pertanian era Pak Harto
MENGAWALI masa
pemerintahannya pada 1966, Presiden Soeharto memprioritaskan sektor
agraria dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada revolusi
pangan. Hal ini ditempuh karena kemiskinan dan kelangkaan pangan menjadi
prahara sekaligus pemantik munculnya konflik dan krisis politik yang
melanda Indonesia yang masih belia saat itu.
Sepanjang 1970-an hingga
1980-an dilakukan investasi besar-besaran untuk infrastruktur pertanian.
Sejumlah waduk, bendungan, dan irigasi dibangun. Pada Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita), swasemabda pangan merupakan fokus
tersendiri dalam rencana pembangunan yang dibuat oleh Pak Harto. Di
dalam Pelita I Pertanian dan Irigasi dimasukkan sebagai satu bab
tersendiri dalam rincian rencana bidang-bidang. Di dalam rincian
penjelasan dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk peningkatan produksi
pangan terutama beras.
Pada masa pemerintahan Pak
Harto juga dikembangkan institusi-institusi yang mendukung pertanian,
mulai dari koperasi yang melayani kebutuhan pokok petani dalam usaha
agribisnisnya, Bulog yang
menampung hasil dari petani, institusi penelitian seperti BPTP yang
berkembang untuk menghasilkan inovasi untuk pengembangan pertanian yang
pada masa Pak Harto salah satu produknya yang cukup terkenal adalah
Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), hingga berbagai bentuk kerjasama
antar lembaga yang terkait penyediaan sarana prasaran yang mendukung
pertanian seperti irigasi dan pembangunan pabrik pupuk.
Penyediaan sarana
penunjang, seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik
pupuk. Para petani dimodali dengan kemudahan memperoleh kredit bank.
Pemasaran hasil panen mereka dijamin dengan kebijakan harga dasar dan
pengadaan pangan. Diperkenalkan juga manajemen usaha tani, dimulai dari
Panca Usaha Tani, Bimas,
Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus yang terbukti mampu
meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Saat itu, budi daya padi
di Indonesia adalah yang terbaik di Asia. Pemerintah memfasilitasi
ketersediaan benih unggul, pupuk, pestisida melalui subsidi yang
terkontrol dengan baik. Pabrik pupuk dibangun. Petro Kimia Gresik di
Gresik, Pupuk Sriwijaya di Palembang, dan Asean Aceh Fertilizer di Aceh.
Teknologi pertanian diperkenalkan dan disebarluaskan kepada para petani
melalui kegiatan penyuluhan. Pemerintah menempatkan para penyuluh
pertanian di tingkat desa dan kelompok petani. Selain program
penyuluhan, kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, pemirsa), juga
menjadi salah satu program pertanian Orde Baru yang khas, karena
menyuguhkan temu wicara langsung antara petani, nelayan, dan peternak
dengan menteri atau Presiden Soeharto langsung. Kelompencapir juga
menyelenggarakan kompetisi cerdas cermat pertanian yang diikuti oleh
para petani berprestasi dari berbagai daerah.
Swasembada Beras
Program kerja pertanian Pak
Harto berbuah prestasi. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraria
pengimpor beras terbesar pada 1966, mampu mencukupi kebutuhan pangan di
dalam negeri melalui swasembada beras pada 1984. Pada 1969 Indonesia
memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras, sementara pada 1984, bisa
mencapai 25,8 juta ton beras.
Kesuksesan ini mengantarkan
Pak Harto diundang berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO (Food and
Agriculture Organization) /Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), di
Roma, Italia, 14 November 1985. [Sumber: Jurnal Diplomasi Vol. 3 No. 3 September 2011, Pusdiklat Kementerian Luar Negeri RI]
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
2 comments
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^