Coba kita sekarang perhatikan para pejabat, pake baju necis dan berlagak alim, umroh dan naik haji berkali-kali tapi sayang tak paham menyejahterakan rakyat. Begitu juga para pemimpin agama, mereka bagaikan orang suci dan menggunakan simbol-simbol keagamaan seraya teriak-teriak mengumandangkan kebencian.
Mari kita lihat kebelakang, ada sosok Haji Agus Salim. Haji Agus Salim, lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran") lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda pada 8 Oktober 1884 dan meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada usia 70 tahun. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
Peran Agus Salim sangat vital pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
* Anggota Volksraad (1921-1924)
* Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
* Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
Meskipun begitu, beliau pakaiannya sederhana, bahkan robek, rumahnya di gang sempit yang becek, hidupnya tidak bermewah-mewah, puasanya rajin, referensi bukunya ribuan, intelektualnya luar biasa. Beliau menguasai 30 bahasa asing, kecerdasannya banyak dikagumi, KeIslamannya amat zuhud. Kesederhanaan ini bukan karena malas kerja tapi pemahaman akan makna hidup bahwa kaya miskin harta itu tidak lah berpengaruh bagi jiwa berTuhan.
Dikutip dari Historia [ http://historia.id/persona/adik-kandung-pindah-agama-haji-agus-salim-alhamdulillah ] ketika seorang Belanda pernah bertanya kepada Haji Agus Salim, “ZegSalim, bagaimana itu, adik Anda masuk agama Katolik?”. “God zij dank, Alhamdullilah, ia sekarang lebih dekat dengan saya,” jawabnya santai.
“Mengapa Anda malah berterima kasih kepada Tuhan?” tanya orang Belanda itu semakin keheranan. “Dia dulu orang komunis, tidak percaya Tuhan, sekarang dia percaya Tuhan,” tukasnya kembali.
Adik Haji Agus Salim yang dimaksud orang Belanda itu adalah Chalid Salim. Selama lima belas tahun, Chalid menjadi Digulis karena dituduh komunis. Dia dijatuhi hukuman pembuangan ke Digul karena tulisannya yang tajam di Pewarta Deli, atas sikap polisi kolonial dalam menumpas pemberontakan komunis tahun 1926.
Sebelum di Pewarta Deli, Chalid memulai karir jurnalistiknya dari mingguan Halilintar Hindia di Pontianak, yang banyak mengadopsi asas PKI. Lalu pindah ke majalah Proletar di Surabaya yang juga "merah."
Pada Juli 1928, vonis dijatuhkan kepada Chalid, “Sebagai orang yang ‘berbahaya bagi ketenteraman dan ketertiban negeri’ maka saya dibuang ke Digul sebagai nomor 925,” seperti ditulisnya dalam memoar Lima Belas Tahun Digul. Meski ayahnya, Sutan Mohammad Salim yang bekerja sebagai anggota Landraad (pengadilan negeri) Medan berupaya membebaskannya, Chalid tetap dibuang.
Selama di Digul, dia mulai meninggalkan sikap ateisnya. Mulanya dia menggandrungi ajaran teosofi, dengan membaca karya Annie Besant, Krishnamurti dan W.C. Leadbeater. Namun kemudian tertarik pada Katolik, sebab kedekatannya dengan Soekardjo Prawirojoedo, Digulis yang terlibat peristiwa kapal Zeven Provincien, yang sudah lebih dulu dibaptis dalam Katolik Roma.
Langkah Chalid ini ternyata didukung oleh sanak keluarganya. Saat Haji Agus Salim menemuinya di Belanda, Agus Salim justru senang mendengar Chalid memeluk Katolik.
“Aku bersyukur bahwa Anda akhirnya percaya pula kepada Tuhan. Dan pilihanmu tentu sudah menjadi takdir Illahi,” ujar Agus Salim kepada Chalid.
Nah, bisakah keIslaman kita seperti Hadji Agus Salim, yang berguna untuk bangsa dan agama kita. Tanpa banyak tingkah, tidak mengomersialisasikan agama dan selalu menyebarkan kebaikan.
Bagi beliau, agama bukanlah lapangan untuk mencari duit, bukan bisnis, bukan industri. Agama adalah ajaran disiplin hidup dan cinta kasih. Pada agama apapun dan keyakinan apapun. Tuhan itu akan menemui manusia yang mampu melatih disiplin kehidupan dengan berbuat baik dan penuh kasih sayang.
Mari kita lihat kebelakang, ada sosok Haji Agus Salim. Haji Agus Salim, lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran") lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda pada 8 Oktober 1884 dan meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada usia 70 tahun. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
Peran Agus Salim sangat vital pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
* Anggota Volksraad (1921-1924)
* Anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945
* Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947
* Pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir pada tahun 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947
* Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
Meskipun begitu, beliau pakaiannya sederhana, bahkan robek, rumahnya di gang sempit yang becek, hidupnya tidak bermewah-mewah, puasanya rajin, referensi bukunya ribuan, intelektualnya luar biasa. Beliau menguasai 30 bahasa asing, kecerdasannya banyak dikagumi, KeIslamannya amat zuhud. Kesederhanaan ini bukan karena malas kerja tapi pemahaman akan makna hidup bahwa kaya miskin harta itu tidak lah berpengaruh bagi jiwa berTuhan.
Dikutip dari Historia [ http://historia.id/persona/adik-kandung-pindah-agama-haji-agus-salim-alhamdulillah ] ketika seorang Belanda pernah bertanya kepada Haji Agus Salim, “ZegSalim, bagaimana itu, adik Anda masuk agama Katolik?”. “God zij dank, Alhamdullilah, ia sekarang lebih dekat dengan saya,” jawabnya santai.
“Mengapa Anda malah berterima kasih kepada Tuhan?” tanya orang Belanda itu semakin keheranan. “Dia dulu orang komunis, tidak percaya Tuhan, sekarang dia percaya Tuhan,” tukasnya kembali.
Adik Haji Agus Salim yang dimaksud orang Belanda itu adalah Chalid Salim. Selama lima belas tahun, Chalid menjadi Digulis karena dituduh komunis. Dia dijatuhi hukuman pembuangan ke Digul karena tulisannya yang tajam di Pewarta Deli, atas sikap polisi kolonial dalam menumpas pemberontakan komunis tahun 1926.
Sebelum di Pewarta Deli, Chalid memulai karir jurnalistiknya dari mingguan Halilintar Hindia di Pontianak, yang banyak mengadopsi asas PKI. Lalu pindah ke majalah Proletar di Surabaya yang juga "merah."
Pada Juli 1928, vonis dijatuhkan kepada Chalid, “Sebagai orang yang ‘berbahaya bagi ketenteraman dan ketertiban negeri’ maka saya dibuang ke Digul sebagai nomor 925,” seperti ditulisnya dalam memoar Lima Belas Tahun Digul. Meski ayahnya, Sutan Mohammad Salim yang bekerja sebagai anggota Landraad (pengadilan negeri) Medan berupaya membebaskannya, Chalid tetap dibuang.
Selama di Digul, dia mulai meninggalkan sikap ateisnya. Mulanya dia menggandrungi ajaran teosofi, dengan membaca karya Annie Besant, Krishnamurti dan W.C. Leadbeater. Namun kemudian tertarik pada Katolik, sebab kedekatannya dengan Soekardjo Prawirojoedo, Digulis yang terlibat peristiwa kapal Zeven Provincien, yang sudah lebih dulu dibaptis dalam Katolik Roma.
Langkah Chalid ini ternyata didukung oleh sanak keluarganya. Saat Haji Agus Salim menemuinya di Belanda, Agus Salim justru senang mendengar Chalid memeluk Katolik.
“Aku bersyukur bahwa Anda akhirnya percaya pula kepada Tuhan. Dan pilihanmu tentu sudah menjadi takdir Illahi,” ujar Agus Salim kepada Chalid.
Nah, bisakah keIslaman kita seperti Hadji Agus Salim, yang berguna untuk bangsa dan agama kita. Tanpa banyak tingkah, tidak mengomersialisasikan agama dan selalu menyebarkan kebaikan.
Bagi beliau, agama bukanlah lapangan untuk mencari duit, bukan bisnis, bukan industri. Agama adalah ajaran disiplin hidup dan cinta kasih. Pada agama apapun dan keyakinan apapun. Tuhan itu akan menemui manusia yang mampu melatih disiplin kehidupan dengan berbuat baik dan penuh kasih sayang.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
6 comments
b0la, c4sin0, CMDbet, t4ngkas, s4bung 4yam, dll hanya di F4ns Bett1ng, yukk buruan.. :)
ayo bergabung diajoqq , silakan coba keberuntungan anda disini dan menangkan ratusan juta rupiah,hadiah menantikan
anda silakan bergabung invite pin bb#58cd292c
AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)
ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
pin bb#58ab14f5
Untuk mempermudah kamu bermain guys ajoqq menghadirkan 7 permainan hanya dalam 1 ID 1 APLIKASI guys,,,
dimana lagi kalau bukan di ajoqq,,, Pin BB: 58cd292c
ingin wujudkan impian anda , raih kesempatan dan menangkan ratusan juta rupiah hanya di ionqq,silakan invite
pin bb#58ab14