Pin It

13 December 2015

Kisah Tragis Artis Cantik Idola Bung Karno

Titin Sumarni lahir di Surabaya 28 Desember 1930. Ia adalah keturunan trah Sumedang, Jawa Barat. Semasa hidupnya, pernah menjadi bintang film terkenal. Kepopulerannya sempat mengalahkan aktris tahun 1950-an seperti Netty Herawati, Elya Rossa, Komalasari dan Ermina Zaenah. Banyak yang menjadi penggemar beratnya, salah satunya Presiden Indonesia pertama, Soekarno atau Bung Karno.

imagebam.com

Kisah hidupnya dituangkan dalam buku berjudul Rahasia Hidup R.A Titin Sumarni oleh Rd. LIngga Wisjnu. Diceritakan, ketika Titin Sumarni mulai muncul di dunia perfilman nasional pada 1953, namanya langsung meroket sebagai artis papan atas perfilman Indonesia.

Ia tampil pertama kali di film Putri Solo produksi perusahaan film Bintang Surabaya. Ia telah merebut hati penonton. Dilanjutkan dengan beberapa film lainnya yang sempat box office waktu itu. Film terakhirnya Janjiku 1956.

Saat itu, film satu-satunya hiburan di luar rumah. Televisi baru muncul 10 tahun kemudian. Titin Sumarni dengan tahi lalat di bibirnya membuat penonton tergila-gila. Kehadirannya menggairahkan perfilman nasional yang saat itu menghadapi saingan film-film Melayu dan India.

Namun, karier Titin yang gemilang di dunia film tidak diikuti kehidupan rumah tangganya. Dia bercerai dengan Mustari, seorang pegawai biasa. Kemudian, dia menikah dengan Seorang pengusaha kaya dari Sulawesi Utara.

Pada awal ketenarannya ia bercerai dari suami pertamanya seorang pegawai negeri biasa. Ia lima kali kawin cerai dan dari masing-masing suami memiliki seorang anak laki-laki.

Salah satu mantan suaminya adalah seorang perwira tinggi. Namun, selalu tidak mengakui pernah jadi suami Titin Sumarni, padahal dari buah perkawinannya lahir seorang anak lelaki.

Lama tidak muncul di dunia film, banyak orang melupakannya. Tiba-tiba Titin Sumarni dikabarkan dalam keadaan sakit. Bukan hanya itu, setelah kembali menjanda, hidupnya melarat, tidak memiliki rumah dan tidak punya uang untuk berobat.

Tahun 1966 secara tidak sengaja seorang wartawan menemukannya di salah satu rumah sempit di daerah "lampu merah" sekitar stasiun Kota Bandung. Ia menulisnya di koran lokal terbitan Jawa Barat. Dia diketemukan dalam keadaan sakit parah, tidak berdaya, diasuh oleh seseorang yang berprofesi sebagai mucikari dikenal dengan panggilan Mamih Aceng.

Saat itu, dia menderita penyakit kotor yang sudah parah. Dalam foto yang dimuat di media massa, orang-orang hampir tidak percaya bahwa itu adalah Titin Sumarni yang terkenal dengan kecantikannya.

Ia bagaikan kerangka hidup, tergolek tidak berdaya. Ia hidup bersama ke lima putranya mengandalkan belas kasihan orang, sebagian kecil penghasilannya diperoleh Mamih Aceng.

Padahal, dulu sebagai aktris terkenal dengan kekayaannya, mobil lebih dari satu, memiliki beberapa rumah antara lain di Jalan Dago, perhiasan emas-mutiara senantiasa menghiasi penampilannya.

Tapi, ketika dia hidup dengan mucikari hanya memiliki empat lembar pakaian yang sudah lusuh. Demikian pula kelima puteranya yang hanya memiliki beberapa lembar pakaian yang dikenakan bergiliran.

Mendapat kabar tersebut kakeknya segera menjemputnya untuk dirawat di RS Boromeous, Bandung. Kelima puteranya ditempatkan di panti asuhan. Rekan-rekan artis juga mengumpulkan dana.

Hanya beberapa hari dirawat akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan kelima putranya pada tanggal 15 Mei 1966 dalam usia masih muda, 35 tahun.

Keesokan harinya jenasah diberangkatkan dan dimakamkan di Gunung Puyuh Sumedang. Hanya diantar tidak lebih dari 10 orang termasuk kakek, nenek dan kedua orang tuanya, tidak tampak mantan suaminya.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih