Laut Indonesia memendam harta karun yang melimpah sisa-sisa kapal-kapal zaman dahulu. Konon, harta karun banyak karena perairan Nusantara dilintasi berbagai kapal yang berlayar dari China, Vietnam, Thailand, Borneo, India, lalu menuju Jawa. Sebagian besar kapal-kapal itu tenggelam karena berbagai penyebab di antaranya menabrak karang, diterjang badai, atau kalah saat diserang musuh.
Diduga kapal itu tenggelam bersama ribuan emas batangan, batu perhiasan, porselen, keramik, mutiara, berlian dan lain-lain yang nilainya mencapai jutaan dolar AS. Sebagian harta karun itu ada yang sudah terangkat dari dasar laut tapi masih banyak lagi yang terendam di dasar laut.
National Geographic (2001) menyebutkan tentang tujuh kapal kuno tenggelam di perairan Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).
Ada sekitar 463 titik lokasi yang diduga terdapat harta karun dari kapal-kapal yang karam, ini berdasarkan catatan resmi dari Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan, 463 kapal kuno yang karam tersebut sekitar tahun 1508-1878.
Baru 10 titik yang sudah dilakukan pengangkatan secara legal. Kesepuluh titik tersebut antara lain berada di Perairan Blanakan (Subang), Perairan Buaya Wreck (Batam), Perairan Karang Cina (Pulau Seribu), Perairan Intan Cargo Selat Gelasa (Bangka Belitung), Perairan Cirebon, Teluk Sumpat (Tanjung Pinang), Karang Heliputan (Tanjung Pinang), Karawang, Belitung Timur dan Jepara.
Hal itu belum termasuk kapal-kapal dagang abad III-XV yang didominasi saudagar China yang singgah atau berdagang di sejumlah pelabuhan pada zaman kerajaan di Nusantara.
Kapal layar China telah mengarungi perairan Asia selama berabad-abad . Banyak kapal yang membawa muatan yang hari ini tidak ternilai harganya, tenggelam. Diperkirakan ada ribuan kapal dagang asal China yang karam di kawasan ini dalam kurun waktu abad 10 hingga 20.
Selain kapal China, kapal-kapal dari VOC, Inggris, Portugis dan Spanyol juga mengalami nasib yang sama. Pelayaran dari Portugal ke Atlantik Selatan berlayar melalui Samudera Hindia dan ke Asia Tenggara.
Sejak tahun 1650, sekitar 800 kapal Portugis berlayar dari Lisabon yang hampir 150 kapal tidak pernah terdengar lagi. Kemungkinan tenggelam di perairan Nusantara.
Antara tahun 1600 dan 1800, English east India Company (EIC) telah kehilangan lebih dari 7000 kapal dan kebanyakannya tenggelam ke dasar laut terbawa bersamanya harta kekayaan. Sementara pada tahun 1808 dan 1809, EIC kehilangan 10 kapal yang berlayar pulang dan bersamanya hilang juga satu juta poundsterling lebih.
VOC Belanda juga telah kehilangan 105 kapal yang berlayar antara tahun 1602 dan 1794. Periode yang buruk adalah antara tahun 1725-1749 ketika VOC kehilangan 44 kapalnya yang berlayar pulang.
Luc Heymans dari perusahaan PT Paradigma Putra Sejahtera, Cosmix Underwater Research Ltd menemukan sebuah kapal yang karam di perairan Cirebon pada tahun 976 M . Harta yang ditemukan: 271.381 keping benda berharga, terdiri dari 11 ribu mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, 2.200 batu akik merah.
Ada juga vas terbesar dari dinasti Liao (907-1125 M), rock crystal dari Dinasti Fatimiyyah (909-1711 M). Penyelaman dilakukan sampai 22 ribu kali. Disebut sebagai penemuan terbesar di Asia. Nilainya 100 juta dolar AS (Rp 920 miliar).
Pada tahun 1986, dunia gempar dengan penemuan 100 batang emas dan 20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di perairan Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael Hatcher, warga Australia.
Diduga kapal itu tenggelam bersama ribuan emas batangan, batu perhiasan, porselen, keramik, mutiara, berlian dan lain-lain yang nilainya mencapai jutaan dolar AS. Sebagian harta karun itu ada yang sudah terangkat dari dasar laut tapi masih banyak lagi yang terendam di dasar laut.
National Geographic (2001) menyebutkan tentang tujuh kapal kuno tenggelam di perairan Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).
Ada sekitar 463 titik lokasi yang diduga terdapat harta karun dari kapal-kapal yang karam, ini berdasarkan catatan resmi dari Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan, 463 kapal kuno yang karam tersebut sekitar tahun 1508-1878.
Baru 10 titik yang sudah dilakukan pengangkatan secara legal. Kesepuluh titik tersebut antara lain berada di Perairan Blanakan (Subang), Perairan Buaya Wreck (Batam), Perairan Karang Cina (Pulau Seribu), Perairan Intan Cargo Selat Gelasa (Bangka Belitung), Perairan Cirebon, Teluk Sumpat (Tanjung Pinang), Karang Heliputan (Tanjung Pinang), Karawang, Belitung Timur dan Jepara.
Hal itu belum termasuk kapal-kapal dagang abad III-XV yang didominasi saudagar China yang singgah atau berdagang di sejumlah pelabuhan pada zaman kerajaan di Nusantara.
Kapal layar China telah mengarungi perairan Asia selama berabad-abad . Banyak kapal yang membawa muatan yang hari ini tidak ternilai harganya, tenggelam. Diperkirakan ada ribuan kapal dagang asal China yang karam di kawasan ini dalam kurun waktu abad 10 hingga 20.
Selain kapal China, kapal-kapal dari VOC, Inggris, Portugis dan Spanyol juga mengalami nasib yang sama. Pelayaran dari Portugal ke Atlantik Selatan berlayar melalui Samudera Hindia dan ke Asia Tenggara.
Sejak tahun 1650, sekitar 800 kapal Portugis berlayar dari Lisabon yang hampir 150 kapal tidak pernah terdengar lagi. Kemungkinan tenggelam di perairan Nusantara.
Antara tahun 1600 dan 1800, English east India Company (EIC) telah kehilangan lebih dari 7000 kapal dan kebanyakannya tenggelam ke dasar laut terbawa bersamanya harta kekayaan. Sementara pada tahun 1808 dan 1809, EIC kehilangan 10 kapal yang berlayar pulang dan bersamanya hilang juga satu juta poundsterling lebih.
VOC Belanda juga telah kehilangan 105 kapal yang berlayar antara tahun 1602 dan 1794. Periode yang buruk adalah antara tahun 1725-1749 ketika VOC kehilangan 44 kapalnya yang berlayar pulang.
Luc Heymans dari perusahaan PT Paradigma Putra Sejahtera, Cosmix Underwater Research Ltd menemukan sebuah kapal yang karam di perairan Cirebon pada tahun 976 M . Harta yang ditemukan: 271.381 keping benda berharga, terdiri dari 11 ribu mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, 2.200 batu akik merah.
Ada juga vas terbesar dari dinasti Liao (907-1125 M), rock crystal dari Dinasti Fatimiyyah (909-1711 M). Penyelaman dilakukan sampai 22 ribu kali. Disebut sebagai penemuan terbesar di Asia. Nilainya 100 juta dolar AS (Rp 920 miliar).
Pada tahun 1986, dunia gempar dengan penemuan 100 batang emas dan 20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di perairan Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael Hatcher, warga Australia.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »