Pin It

21 August 2015

Melalui Chanel Youtube How to Act Indonesia, Sacha Stevenson 'Lebih Indonesia' dari Orang Indonesia

Lahir di Kanada, 21 Januari 1982. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta 13 tahun lalu suka makan gado-gado. Dia juga mengontrak kamar kecil di dalam gang di daerah Kebon Jeruk. Pokoknya kalau buka pintu, langsung kelihatan penjual tahu gejrot sama ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian. “Lingkungan tersebut yang membuat dia paham betul soal kebiasaan orang-orang Indonesia.


Dia juga setiap hari naik bus, busway dan angkot. Bahkan ketika pergi ke Sumatera atau Bali dia naik bus reguler. Dia juga pernah menggunakan skate board Merak - Bali.

Berangkat dari kebingungannya mengenai kehidupan di Indonesia, Sacha Stevenson membuat channel Youtube How to Act Indonesia dan bisa di lihat di Sini . Channel Youtube ini membahas kehidupan di Indonesia dalam prespektif seorang bule.

Berikut ini kisah kehidupan dia yang saya kutip dari blog dia sendiri:

Masa Kecil Di Kanada
I was born in Halifax, NS, Canada, on January 21, 1982, My father, Bruce Macdonald, was quite young and still in university so my mother, Lois Stevenson, raised me on her own. She was a professor at Acadia University so we lived in the lovely small town of Wolfville, NS. When I was around 7, we moved to Moncton, NB, as my mother got a job at ACOA (Atlantic Canada Opportunities Agency). As a child in Moncton, I attended Hillcrest School, and then continued on to Moncton High. I loved Moncton. When I was younger, I was  a bit of a tom boy. I played hockey for a while (the only girl on my team at that time!), but I wasn't very good at it and decided I'd rather be a "hippie". I remember going through my mothers old clothes in the garage from the 70's  and enjoyed shopping exclusively and second hand stores! I got into drawing, painting, writing, and started playing guitar at 13. I remember all of the support my mother gave to me whenever I had a new hobby, and she always encouraged me in whatever I was interested in. I made so many beautiful friends in Moncton, but at the age of 16 my mother got a job offer from Industry Canada in Ottawa, ON, Canada, so I reluctantly moved there for my last year of high school. I attended Ridgemont High in Ottawa but had very few friends there and spent quite a bit of time in my room listening to Reggae music by myself. Interested in the social themes of the lyrics written by Bob Marley, Peter Tosh, Capleton, Sizzla, and other famous Jamaican musicians, I got it my head to go to Jamaica to find out what had influenced such passion in their lyrics. After working at a Petro-Canada Gas Station and saving my money, and after I graduated High School, at 17 I flew to Kingston, Jamaica. That was the last time I would ever live in Canada. 

Saya lahir di Halifax, NS, Canada, pada tanggal 21 January, 1982. Bapak saya, Bruce Macdonald, pada waktu itu masih mudah dan lagi kuliah jadi Ibu saya, Lois Stevenson, mengurus saya sebagai "single parent". Dia mengajar di Acadia University jadi kami tinggal di Wolfville, NS, sampai saya umur 7 tahun. Setelah itu, kami pindah ke Moncton, NB, karena Ibu saya ditwarkan pekerjaan di sana. Saya sekolah di Hillcrest School lalu di Moncton High. Waktu kecil, saya "tom boy". Saya main street hockey dan ice hockey pada umur 10-12 dan menjadi satu-satunya cewek di tim saya. Setelah itu saya tidak tertarik lagi main sport, dan  menjadi lebih tertarik kepada dunia seni. Saya ingat dulu saya selalu memakai baju sekon dari tahun 70an dan mulai melukis, menggambar, menulis, dan main musik. Saya ingat Ibu saya selalu mendukung saya dan mengasih semangat, apapun hobby saya. Wakyu itu, saya sudah punya banyak teman baik di Moncton, tapi pada umur 16 kami pindah ke Ottawa, ON, Canada. Saya tidak senang meninggalkan teman-teman saya di Moncton dan Ketika pindah ke Ottawa saya sering melamun. Saya mulai dengarin musik Reggae, dan sering komtemlasi lyriknya Bob Marley, Peter Tosh, Capleton, Sizzla dan musisi Jamaica yang lain. "Kok bisa menulis lyrik kayak gitu?" Saya berfikir. Jadi setelah sudah kerja di pom bensin di Kanada, menyimpan uang, dan sudah selesai sekolah, saya langsung berangkat ke Kingston, Jamaica pada umur 17. Itu terakhir kali saya tinggal di Kanada. 

Datang Ke Indonesia
After trying to stay in Sweden with my mother, and a short visit back in Ottawa, with my aunt, I took a TESOL course and applied for English teaching jobs online. Within 2 weeks I had job offers from Taiwan and Jakarta. I decided on Jakarta, Indonesia. Although I knew absolutely nothing about Indonesia, I figured that it would have more tropical fruits and vegetation being closer to the equator, and I was a strict vegan at the time. On February 2, 2001, I arrived in Jakarta and worked for EF in Kebon Jeruk. 

Setelah mencoba tinggal di Swedia sama Ibu saya dan merasa tidak cocok, saya tinggal sementara sama bibi saya sambil kursus mengajar bahasa Inggris. Setelah itu, saya cari pekerjaan sebagai guru lewat Internet. Dua minggu kemudian, saya dapat tawaran dari EF di Jakarta Indonesia. Saya tidak tahu apa-apa tentang Indonesia saat itu, tapi saya lihat di peta bahwa Indonesia adalah negara tropis dan karena saya vegetarian dulu, saya pikir "Pasti banyak tanaman dan buah-buahan!" Jadi saya terima pekerjaan itu dan langsung berangkat ke jakarta pada tanggal Februari 2, 2001. 

Jakarta was the biggest city I've even been to in my life, and it was also my first asian country. I was surrounded by  people who looked, spoke, and thought nothing like me, but within a year I was fluent in Indonesian and I had been able to save the majority of my nominal EF teacher's salary by moving out of the house I had rented, and moving to the place where the local street venders live. I slept on a plastic mat and bought nothing in the way of furniture. Not even as much as an air conditioner. So me, my plastic mat, small fan, squat toilet, dresser and ironing board lived together for a year :-) and then came the reward. I had saved 40 million rupiah! That sounds like a lot, eh? Actually it's not that much. Around $4000 or so, but it was enough for me and my Indonesian boyfriend at the time to travel around Indonesia by land! I went to the Gili Islands in Lombok, Jogja, Spent time in Batukaras, stayed nearly 8 months on and off in Bukit Lawang, North Sumatra, which was just indescribably magical, Lake Toba, Penang, Singapore...
and eventually... back to big bad Jakarta. Indonesia had me hooked. It was so beautiful and exotic. People were so friendly and kind. I missed it whenever I left it, and I had to stay. And here I still am after 10 years. 

Jakarta adalah kota yang paling besar yang pernah saya kunjungi dalam hidup saya. Saya dikelilingi oleh orang - orang yang menurut saya asing dan memiliki cara bicara dan cara berfikir yang beda dengan saya, tetapi setelah lewat satu tahun, saya sudah lancar bahasa Indonesianya. Dan saya juga behasil menyimpan sebagian besar dari gaji saya sebagai guru karena saya memilih tinggal di kost yang sederhana dan jarang shopping dan jarang main, kalau libur, saya naik bis ekonomi :-) Ternyata savings cukup untuk jalan-jalan banyak di Indonesia waktu itu kalau naik bis. Saya ke Gili islands, Jogja, Batukaras, Lake Toba, dan Bukit Lawang (sampai 8 bulan). Setelah itu... saya pulang lagi ke Jakarta.Indonesia memang memesona dan juga misterius. Saya selalu kangen kalau pergi jadi saya masih di sini sampai sekarang setelah 10 tahun. 

Menggunakan Sepatu Roda Dari Merak Ke Bali

I had an Australian friend who lived in Jakarta for a couple of years. He lived in a small rental house outside of the city. Being an environmentally conscious individual, he would always divide up his recyclables but because he didn't know where to take them, the garbage would just pile up at his small house. It came to the point that he had to rent the house next door just to store his paper, cans, bottles, and plastic! (He didn't know that people here in less fortunate situations will actually search through each persons garbage looking for recyclable material to sell). But the point is, there are so many people out there more conscious and than I, but that doesn't mean I can't contribute something. I'm  not an activist, or a scientist, or even an athlete, I'm just a regular person living in Jakarta. Traffic was starting to really get to me. At times it could eat up to 3-4 hours of my day. I tried to take the trans jakarta busway but it is often too packed at rush hour and the routes are still limited. So I tried using inline skates. Wow! Turns out if feels amazing to be able to pass by through the congested streets without having to sit static in a cloud of fumes. And red lights that used to bother me now have become a perfect opportunity to stretch and rest for a minute. My world became a brighter and happier place. I didn't realize how much the stress of traffic can ruin your mood, and how great it feels to use your own body's power to get around. Eventually the thought occurred to me that if I kept moving forward and never went back, then I could actually go pretty far! So I decided to do the trip from Merak to Bali. Why not! I want to prove that inline skates and bikes are not just a hobby, they are REAL transportation. Hopefully I'll inspire at least some people to start being more active and environmentally sound, and at the same time challenge myself.

Saya punya teman orang Australia yang sempet tinggal di sini 2 tahun. Dia punya gaji kecil dan tinggal di rumah petak di sebuah perkampungan di tanggerang. Dia sudah biasa daur ulang di negaranya, dan yang bisa didaur ulang tidak boleh di buang jadi banyak sampah mulai menumpuk di rumah kecilnya. Pada akhirnya dia sewa kontrakan sebelah hanya untuk simpan plastik, kertas, koran,dll. Sampai penuh! Hahaha. Dia tidak tahu ada pemulung yang mau bongkar semuanya juga kalau dibuang (Hey, ngomong-ngomong, kenapa pemulung bukan pegawai negeri? Itu kan service yang dibutuhkan masyarakat). Ada banyak orang yang jauh lebih rajin, dan sadar dari saya. Itu bikin saya mau kontribusi juga. Jujurnya, kadang saya agak menjauh dari baca tentang lingkungan karena bikin saya stress. Jadi saya bukan aktivis atau ilmuan atau olaragawan, saya hanya orang biasa yang tinggal di Jakarta. Macet sering bikin saya stress. memakan 3-4 jam dalam satu hari kalau harus pergi di jam macet. Saya coba naik busway dan emang lebih cepat kadang-kadang, tapi di jam macet busnya selalu penuh sekali dan rutenya terbatas. Saya beli inline skates (sepatu roda) dan mulai coba pake itu. Ternyata! Wow, enak banget rasanya tidak harus menunggu di macet! Dan lampu merah menjadi waktu untuk saya stetch atau istirahat satu minit! Duniaku langsung lebih cerah! (Ini bisa di kombinasikan dengan busway karena inline skates lebih kecil dari sepeda tapi kebetulan saya belum coba)  Saya mulai pergi lebih jauh lagi sampai saya rasa kalau saya maju terus, tidak pulang lagi, saya bisa sampai ke Bali! Jadi saya pikir, kenapa tidak? Saya bisa menantang diri, sekaligus membawa pesan go green. Mudah-mudahan ada yang dengar pesan.

"Bule" is the informal indonesian term for "foreigner". And I am the "Bule on blades!" After living in Jakarta for ten years, and immensely enjoying my life here in Indonesia, its time for me to do something more for this country.
Bule on Blades is a project I've been planing in order to help indonesia in its effort to GO GREEN. I can be spotted rolling around the congested streets of Jakarta at any given time of day on inline skates, but this time I've got a special ride planned. I'm going to inline skate from one end of Java to the other, and then cross over to Bali and end my Journey in Kuta, planting trees in cities along the way. The distance I will travel is 1450 km, which may not sound that far, but the roads are wanting, the drivers are nuts, and the hills are killer. But if this is all I can do, I'll do it, and I'll enjoy it!
I'm so sad to see what has happened to Indonesia's big cities. The air pollution is out of control and traffic is getting worse by the day. Saying that, when you venture off  out of Jakarta you'll find some of the most stunning scenes of pure natural beauty. But to improve the quality of life in the big cities, and to preserve what is left of the magnificent virgin forests, the culture here needs some tweaking. There are of course many factors involved that are way beyond my control, but at least I can do SOMETHING. I want to INSPIRE!

  • I want to inspire those who feel powerless (like I do) to at least make greener choices in their own lives. Even small changes are a positive step! Bike to work! Even if you can't do it every day. We are part of the problem. Why would the government make any changes such as providing us with nice sidewalks and bike lanes if only a hand full of people use them!
  • I want to inspire those in positions of power to DO SOMETHING GOOD WITH THE POWER YOU HAVE! 
We have to work together, from top to bottom, and show Indonesia the love and respect it deserves  

Saya adalah "Bule on Blades", yakni, Bule Bersepatu Roda. Saya sudah 10 tahun menikmati hidup di Indonesia, dan sudah waktunya saya memberi sesuatu kepada negara favorit saya. Tapi tanah air ini sudah mau menjadi tanah air mata. Bumi Indonesia menangis deras karena kelelaian kita semua, jadi saya ciptakan projek Bule on Blades sebagai kontribusi saya kepada gerakan GO GREEN. Mungkin anda pernah melihat saya selap selip ditengah macet di jakarta memakai rollerblades (inline skates), tetapi kali ini saya punya rencana lain. Saya akan naik sepatu roda dari Pelabuhan Merak sampai ke Kuta, Bali, sambil menanam pohon di beberapa kota yang saya melewati. Jaraknya 1450. Tadinya mau memdapatkan perizinan dari Mabes Polri untuk saya naik jalan tol, tapi karena belum dapat jawaban, saya pakai jalan umum. Mungkin 1450 km tidak terlalu jauh, tetapi jalannya ada yang rusak, ada banyak tanjakan, dan banyak sopir ngebut! Tapi saya rasa, ini dia yang saya bisa lakukan demi lingkungan, jadi ini yang saya lakukan. Pastinya ini akan menjadi petualangan untuk saya yang tak pernah saya lupakan.
Saya sedih melihat apa yang terjadi dengan kota-kota besar di Indonesia. Polusi udara sudah parah, dan makin hari makin macet. Di luar kota masih banyak kehijauan dan keindahan alam. Tetapi untuk meningkatkan kwalitas hidup di kota besar, dan untuk melindungi hutan Indonesia (dan binatang yang tinggal di sana!) harus ada perubahan baik di budaya dan pola pikiran kita semua. Memang ada banyak faktor yang saya sendiri tidak bisa kontrol, tetapi setidaknya masih ada sesuatu yang tidak diluar kemampuan saya: Saya mau memberi INSPIRASI!
  • Saya mau memberi inspirasi kepada orang-orang biasa, agar memilih gaya hidup yang lebih rama lingkungan. Perubahan kecil saja sudah menjadi langkah bagus. Coba bersepeda ke kantor walau hanya 2 atau 3 kali seminggu! 5 kilo tidak jauh lho. 10 kilo juga tidak terlalu jauh kalau naik sepeda! Sehat lagi. Bagaimana pemerintah Indonesia mau sediakan jalur sepeda dan sisi jalan yang bagus kalau hanya beberapa orang saja yang memilih berjalan kaki, atau bersepeda sebagai transportasi! 
  • Saya mau memberi inspirasi kepada anda yang termasuk orang-orang yang punya kekuasaan, agar mau MELAKUKAN SESUATU YANG BAIK DENGAN KEKUASAAN ANDA! Tolong menjadikan jalanan kita tempat yang welcome bagi orang yang berjalan kaki dan bersepeda. 
Kita harus bekerja sama, orang besar dan orang kecil, untuk menghargai dan mencintai Indonesia. Itu hak Indonesia di atas kita semua.

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

2 comments

AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)

agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877

Terima Kasih