Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) sempat melemah Agustus tahun 2015 lalu atau tepatnya Rabu (12/8) nilai USD mencapai Rp 13.970, makin turun dibanding Selasa (11/8) Rp 13.600 per 1 USD. Angka ini merupakan yang terparah sejak krisis moneter tahun 1998. Di zaman Presiden Soeharto, berapa sih nilai tukar 1 USD?
Ada beberapa kasus penurunan nilai rupiah yang dicatat Soeharto sehingga pemerintah turun tangan pada era Orde Baru.
Yang pertama adalah tahun 1971, saat itu rupiah melemah terhadap dollar AS. Nilainya dari Rp 378 menjadi Rp 420 per 1 USD.
Tahun 1978, rupiah melemah menjadi Rp 625 per 1 USD. Hal ini disebabkan Pertamina yang limbung dan nyaris bangkrut karena manajemen buruk dan gagalnya investasi Pertamina dimana-mana.
30 Maret 1983 kembali Rupiah jatuh. Devaluasi hampir 48 persen. Rupiah melemah dari Rp 702 menjadi Rp 970.
Tahun 1986, Pemerintah kembali mendevaluasi rupiah sebesar 47%, dari Rp 1.134 ke Rp 1.664 per 1 USD.
Menurut Presiden Soeharto, tahun 1986 Indonesia belum terlepas dari pengaruh krisis ekonomi global. Hal ini diperburuk dengan harga minyak dunia yang terjun bebas.
"Januari 1986 harga minyak itu 25 dollar AS per barel. Enam bulan kemudian sudah turun sampai di bawah 10 dollar AS sehingga mengakibatkan pengurangan yang sangat besar terhadap penerimaan devisa dan memberi tekanan sangat berat terhadap neraca pembayaran. Karena itulah dalam Bulan September (1986) saya terpaksa mengambil keputusan yang sangat sulit dan berat, yaitu mendevaluasi mata uang rupiah," kata Presiden Soeharto dalam biografinya.
Namun Soeharto tentu tak menyangka, krisis 1986 itu bukanlah yang terburuk. Sembilan tahun kemudian badai yang lebih besar memporak-porandakan kekuatan rupiah.
Di bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp 2.500,00 menjadi Rp 2.650,00 per 1 USD. Nilai ini terus memburuk.
Rupiah semakin terpuruk Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 11.000 dan terus melemah dalam waktu singkat. Di tahun 1998, rupiah bahkan mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD.
Totalnya Presiden Soeharto melakukan 4 kali devaluasi, 1971 dan 1978 dilakukan oleh tokoh Mafia Berkeley Prof Dr Ali Wardhana yang memegang rekor jabatan Menkeu terlama dalam sejarah Republik sejak 1968-1983. Setelah itu Radius Prawiro yang lebih senior dari Kwik Kian Gie, alumnus Rotterdam malah mendevaluasi rupiah 2 x dalam 3 tahun (31 Maret 1983 dan 12 September 1986). Sumarlin yang menggantikan diwanti wanti oleh Soeharto agar tidak memalukan sang “raja Jawa” setiap kali pidato ekonomi kuat tapi ternyata rupiah terus terpuruk.
Pada krisis Perang Teluk 1991 Sumarlin melakukan tight money policy (politik uang ketat), gebrakan Sumarlin menaikkan suku bunga overnight sampai 100 persen.
Diplomasi Setara
Ketika krisis baht merebak pada 2 Juli 1997 PDBI mengusulkan kepada Gubernur BI Sudrajad dan Mensesneg Moerdiono agar Presiden membuang gengsi dan segera menyerah mendevaluasikan rupiah dari Rp 2.300 waktu itu langsung menjadi Rp 5.000 per dollar AS. Reaksi pemerintah adalah paduan suara retorika bahwa fundamental ekonomi RI kuat dan karena itu dollar juga dilepas tidak lagi dikendalikan oleh Bank Indonesia.
Maka jebollah bendungan kepercayaan rakyat yang memang sudah sangat tipis dan rupiah hancur ke Rp 17.000 pada Januari 1998. Ketua MPR Harmoko tetap memaksakan pelantikan Soeharto 14 Maret 1998 tetapi akan menikam Soeharto 18 Mei dan akan lengser 21 Mei 1998.
Ada beberapa kasus penurunan nilai rupiah yang dicatat Soeharto sehingga pemerintah turun tangan pada era Orde Baru.
Yang pertama adalah tahun 1971, saat itu rupiah melemah terhadap dollar AS. Nilainya dari Rp 378 menjadi Rp 420 per 1 USD.
Tahun 1978, rupiah melemah menjadi Rp 625 per 1 USD. Hal ini disebabkan Pertamina yang limbung dan nyaris bangkrut karena manajemen buruk dan gagalnya investasi Pertamina dimana-mana.
30 Maret 1983 kembali Rupiah jatuh. Devaluasi hampir 48 persen. Rupiah melemah dari Rp 702 menjadi Rp 970.
Tahun 1986, Pemerintah kembali mendevaluasi rupiah sebesar 47%, dari Rp 1.134 ke Rp 1.664 per 1 USD.
Menurut Presiden Soeharto, tahun 1986 Indonesia belum terlepas dari pengaruh krisis ekonomi global. Hal ini diperburuk dengan harga minyak dunia yang terjun bebas.
"Januari 1986 harga minyak itu 25 dollar AS per barel. Enam bulan kemudian sudah turun sampai di bawah 10 dollar AS sehingga mengakibatkan pengurangan yang sangat besar terhadap penerimaan devisa dan memberi tekanan sangat berat terhadap neraca pembayaran. Karena itulah dalam Bulan September (1986) saya terpaksa mengambil keputusan yang sangat sulit dan berat, yaitu mendevaluasi mata uang rupiah," kata Presiden Soeharto dalam biografinya.
Namun Soeharto tentu tak menyangka, krisis 1986 itu bukanlah yang terburuk. Sembilan tahun kemudian badai yang lebih besar memporak-porandakan kekuatan rupiah.
Di bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp 2.500,00 menjadi Rp 2.650,00 per 1 USD. Nilai ini terus memburuk.
Rupiah semakin terpuruk Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 11.000 dan terus melemah dalam waktu singkat. Di tahun 1998, rupiah bahkan mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD.
Totalnya Presiden Soeharto melakukan 4 kali devaluasi, 1971 dan 1978 dilakukan oleh tokoh Mafia Berkeley Prof Dr Ali Wardhana yang memegang rekor jabatan Menkeu terlama dalam sejarah Republik sejak 1968-1983. Setelah itu Radius Prawiro yang lebih senior dari Kwik Kian Gie, alumnus Rotterdam malah mendevaluasi rupiah 2 x dalam 3 tahun (31 Maret 1983 dan 12 September 1986). Sumarlin yang menggantikan diwanti wanti oleh Soeharto agar tidak memalukan sang “raja Jawa” setiap kali pidato ekonomi kuat tapi ternyata rupiah terus terpuruk.
Pada krisis Perang Teluk 1991 Sumarlin melakukan tight money policy (politik uang ketat), gebrakan Sumarlin menaikkan suku bunga overnight sampai 100 persen.
Diplomasi Setara
Ketika krisis baht merebak pada 2 Juli 1997 PDBI mengusulkan kepada Gubernur BI Sudrajad dan Mensesneg Moerdiono agar Presiden membuang gengsi dan segera menyerah mendevaluasikan rupiah dari Rp 2.300 waktu itu langsung menjadi Rp 5.000 per dollar AS. Reaksi pemerintah adalah paduan suara retorika bahwa fundamental ekonomi RI kuat dan karena itu dollar juga dilepas tidak lagi dikendalikan oleh Bank Indonesia.
Maka jebollah bendungan kepercayaan rakyat yang memang sudah sangat tipis dan rupiah hancur ke Rp 17.000 pada Januari 1998. Ketua MPR Harmoko tetap memaksakan pelantikan Soeharto 14 Maret 1998 tetapi akan menikam Soeharto 18 Mei dan akan lengser 21 Mei 1998.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
2 comments
ayo bergabung diajoqq , silakan coba keberuntungan anda disini dan menangkan ratusan juta rupiah,hadiah menantikan
anda silakan bergabung invite pin bb#58cd292c
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877